Jumat, 19 Maret 2010


Aroma harum menyeruak dari piring tatkkala disajikan oleh sang pramusaji. Bau khas santan kental bercampur kuah ikan haruan menggugah selera saya.

Di piring saya, dua potong ketupat terbuat dari beras Banjar pilihan, serta baluran kuah santan kental hampir memenuhi piring, membuat nafsu makan semakin melambung. Dengan menu spesial berupa godokan kepala ikan haruan sungai, berikut telurnya, membuat semua yang dalam piring pindah ke dalam perut tak sampai 15 menit.

Untuk melancarkan perjalanan sang ketupat ke dasar perut, tak lupa saya minum segelas teh manis panas.

Makan ketupat kandangan akan semakin terasa gurih bila menikmatinya dengan tidak memakai sendok, tapi menggunakan tangan. Apalagi bila kita menambahkan kuah santan dengan percikan jeruk nipis. Dan jangan lupa sambal pedas campuran lombok rawit dan bawang putih dan sedikit kuah santan membuat rasa ketupat kandangan semakin ramai. Ada rasa gurih, manis ikan, dan asam.

Tidak sulit menemukan warung ketupat kandangan Hj. IDAH Hampir semua penduduk Palangkaraya tahu lokasinya. Kalaupun Anda pelancong dari luar kota yang sedang berkunjung ke ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah ini, Anda bisa meluncur ke Jalan Dr. Murjani, Pala

Melayani pelanggannya sejak 1994, hingga kini Warung ini tidak pernah sepi, buka mulai pukul. 05.00 sore hingga pukul 03.00 dini hari.

Memang ketupat asli Kalimantan Selatan ini banyak terdapat di warung-warung makan di Palangkaraya. Apa yang berbeda dengan warung Hj. idah? Rasa dan aromanya tidak pernah berubah sejak dulu. Dan yang lebih penting, harganya sangat terjangkau yaitu Rp 10000 untuk satu porsi.

sucipto, seorang pelanggan Warung hj. idah, mengungkapkan, untuk makan malam, ia tidak pernah pindah ke tempat lain. Menurut karyawan Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Tengah ini menu masakan warung ini sangat beda dibandingkan yang lain, baik untuk masalah rasa maupun pelayanan.

“Warung ini lebih berani di bumbu. Selain itu, walaupun sangat laris, dia tidak akan membedakan pelayanan terhadap semua pelanggannya; tak peduli pejabat atau rakyat, semua sama cepatnya,” ujarnya.

Sucipto mengaku, saat akan bepergian ke Jakarta atau ke Surabaya untuk urusan dinas, biasanya koleganya selalu memesan untuk dibawakan ketupat kandangan dari hj.idah. Dan membawanya pun sangat mudah, hanya ditaruh dalam kotak almunium foil dan dipisahkan antara ketupat, kuah, dan ikannya. Makanan tidak akan busuk karena perjalanan Palangkaraya-Jakarta dengan pesawat bisa ditempuh 1,5 jam.

Si empunya warung, Hj. Rasidah, yang akrab dipanggil Haji idah, menceritakan bahwa ia merintis usahanya sejak masih muda, Ia hanya belajar dari sang bunda yang kebetulan asli orang Kandangan, Kalimantan Selatan.

“Pertama kali berusaha makanan ini, saya hanya menempati toko kecil disebelah warung ibu saya yang bejualan ketupat juga namun beliau mulai buka pada pagi hari setelah kami tutup.” lama kelamaan usaha ini berkembang dan akhirnya saya juga punya rumah makan sendiri yang ukurannya cukup besar di jl. dr murjani juga tidak jauh dri warung makan orng tua saya yaitu warung makan Ma Haji.

“Saya hanya mengawasi dan melihat mereka meracik bumbu-bumbu untuk kuahnya. Dan bila saat dicicipi saya rasakan ada kekurangan, saya perintahkan mereka untuk menambahnya,” ujarnya.

Apa resep Hj. idah sehingga usahanya bisa bertahan hingga puluhan tahun? Dia selalu berprinsip tidak akan pernah mengurangi bumbu untuk masakannya, bahkan lebih ditingkatkan.

“Kita tidak mau pelanggan lari karena kita mencoba-coba untuk mengurangi bumbu. Prinsip saya, pelanggan harus puas dengan masakan yang saya buat,” ujarnya seraya menyebutkan omzet bersih per hari mencapai Rp 1 juta.

Karana WW (Palangkaraya)

MENU:

Ketupat dari beras Banjar pilihan, dibalur kuah santan kental, dengan lauk godokan kepala ikan haruan sungai dan telor ayam ras. Sambal pedas campuran lombok rawit dan bawang putih.

Harga Per Porsi: Rp 10.000

Prinsip Usaha:

- Tidak akan pernah mengurangi bumbu untuk masakannya, bahkan lebih ditingkatkan.
- Tidak membedakan pelayanan terhadap semua pelanggannya.